Umurnya mencapai 20 tahun ketika Rasulullah SAW memilihnya untuk menjadi komander pasukan yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Ansar. Siapa gerangan pemuda yang memperoleh kepercayaan dari Nabi SAW sehingga baginda menempatkannya pada jabatan yang besar, menyandarkan kepadanya tugas besar dan memuliakannya ini?
Ayah pemuda itu tak lain adalah Zaid Ibn Haritsah, salah seorang sahabat Nabi, yang juga salah satu kecintaan baginda SAW. Rasulullah SAW mendidik Usamah sejak kecil, dan mencintainya sebagaimana ia mencintai dan mengasihi Hasan, Husein dan Fatimah Az-Zahra.
Baginda memberi gelaran kepadanya sebagai “Kekasih putera kekasih.”
Gelaran itu mencerminkan penghargaan Nabi kepadanya, bahkan merupakan pelimpahan emosi kenabian yang diletakkan kepada emosi manusiawi, sehingga mampu mengangkat darjat Usamah dan ayahnya ke peringkat orang-orang yang dikasihi dan dicintai oleh Rasulullah SAW
Sebenarnya Usamah patut sekali memperoleh julukan tersebut. Sejak, dari masa kanak-kanaknya ia telah mereguk cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan cinta kepada Islam. Ia amat dekat dengan Nabi seperti halnya Hasan dan Husein. Ia makan bersama Nabi dan menyaksikan pergaulannya yang baik bersama keluarga dan pembantunya. Ia menyaksikan akhlak Nabi dan perilakunya yang baik serta mulia dan teladan yang tinggi.
Pada masa muda belia, ia berangan-angan untuk menyandang senjata dan berjuang bersama orang-orang yang berjihad sebagaimana halnya beliau menolak anak-anak yang sebaya dengannya untuk terjun ke
Ketika Usamah mencapai usia dewasa, mampu menyandang senjata, Rasulullah SAW membolehkan ia bergabung dengan barisan para pejuang. Dengan demikian ia berusaha membuktikan angan-angannya yang diinginkan sejak kecilnya. Hal ini sebagai ujian berat baginya untuk mempersiapkan dirinya untuk memperoleh darjat yang tinggi.
Hal itu terjadi tidak berapa lama setelah penaklukan Makkah. Kaum musyrikin masih menghendaki kemenangan atas Nabi dan kaum muslimin. Nabi mengetahui hal yang penyebab perkara ini. Baginda mengumpulkan ribuan pejuang dan pasukan panah di Hunain, sehingga memenuhi lembah dan perbukitan Hunain.
Kaum muslimin tidak menyangka akan kalah, sebab jumlah dan perlengkapannya amat besar. Tapi Allah menghendaki agar mereka tahu tentang hakikat agama dan mutiara akidahnya sehingga mereka tahu bahawa hanya Allahlah yang berhak menentukan kemenangan. Menjelang fajar kaum muslimin masuk ke daerah Hunain, dan kaum musyrikin menyerang secara mendadak dengan panah dan tombak sehingga menjadikan kaum muslimin terdesak mundur kerana terkejut.
Sedangkan Nabi masih diam di tempat seraya berseru: “Hai orang-orang, mahu kemana? Sungguh saya adalah Nabi, cucu Abd Al-Muthalib.” Beberapa orang di sekitarnya masih tetap bertahan. Di antara mereka ada Usamah Ibn Zaid. Orang-orang tersebut tetap teguh di sekitar Nabi sehingga pengaruh serangan mendadak tadi hilang dalam jiwa kaum muslimin. Mereka kembali ke
Pertempuran Hunain ini meninggalkan kesan yang menarik bagi diri Rasulullah SAW. Orang-orang yang berdiri di sekitarnya pada saat-saat sulit merupakan orang-orang yang teguh iman dan keberaniannya. Tidak hairan apabila Nabi SAW memilih Usamah sebagai komandan pasukan yang dipersiapkannya untuk menghadapi tentera Rom. Hal itu terjadi setelah diketahui pengorbanan, keteguhan perjuangan dan tekadnya yang mantap.
Terpilihnya Usamah sebagai komandan pasukan ternyata tidak mamuaskan sebahagian kaum Muhajirin dan Ansar. Mereka saling berkata: “Mengapa Nabi SAW memilih pemuda ini, bukankah kita memiliki tokoh-tokoh tua yang berpengetahuan dan berpengalaman dalam masalah perang?”
Lalu perbincangan tersebut sampai kepengetahuan Nabi. Saat itu baginda sedang sakit. Baginda mengambil air untuk mendinginkan badannya lalu keluar seraya berucap di hadapan mereka: “Sebahagian orang meremehkan kepemimpinan Usamah Ibn Zaid. Sebelumnya mereka juga telah meremehkan kepemimpinan ayahnya, meskipun ayahnya waktu itu layak memegang tampuk pimpinan.
Demikian pula dengan Usamah. Usamah termasuk orang yang aku cintai setelah ayahnya. Aku mengharapkan agar ia menjadi orang yang baik di antara kamu. Kerananya berbuat baiklah kepadanya.”
Lalu Nabi berpesan kepada para sahabat agar mereka mem-berangkatkan pasukan Usamah. Namun tentera muslimin masih tertunda beberapa hari di Al-Jarf (suatu tempat di dekat Madinah). Sementara itu penyakit yang dideritai Rasulullah kian berat. Tidak berapa lama setelah itu baginda wafat.
Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, langkah pertama yang langsung ia kerjakan adalah mengangkat Usamah sebagai pasukan kaum muslimin. Segera saja pasukan tersebut menuju ke perbatasan Syam. Di perbatasan itu kaum muslimin menaklukkan salah satu perkampungan Rom. Hal ini menimbulkan ketakutan bagi penduduk Rom lainnya. Kemudian pasukan yang dipimpin oleh Usamah kembali tanpa kehilangan seorang tentera pun. Seluruh penduduk Madinah menyambutnya dengan meriah.
Setelah itu Usamah hidup tekun beribadah, puasa di siang hari dan solat sunah di malam hari sampai menjelang wafatnya pada tahun 54 H. Ia meninggal sebagai orang yang suci dan soleh.
No comments:
Post a Comment